Aku Tidak Bangga Menjadi Mahasiswa

Sungguh sangatlah beruntung kepada anak bangsa yang bisa mencicipi duduk dibangku kuliah disebuah perguruan tinggi. Karena dari Data statistik persekolahan dari tahun ke tahun saja menunjukkan hanya 11,6% sisanya pelajar yang telah lulus ditingkat SLTA yang dapat melanjutkan pendidikannya ke jenjang perguuruan tinggi. Ini berarti, bahwa sebagian besar siswa (88,4%) tidak melanjutkan pendidikannya. Hal tersebut sebagian besar tidak lain dan tidak bukan karena faktor Ekonomi. Keterbatasan biaya dari pihak keluarganya itulah yang memaksa mereka untuk turun kejalan guna melamar pekerjaan.
Aku termasuk salah satu dari 11,6% anak bangsa yang beruntung itu. Sekalipun papahku (Alm) yang menjadi tulang punggung keluarga telah tiada karena penyakit komplikasinya. Dan Mamahku yang hanya menjadi seorang Ibu Rumah tangga, tapi aku masih bisa melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, hanya karena mengandalkan aset sawah (pasif income) yang dimiliki keluarga warisan peninggalan dari nenekku dipihak mamah. Tapi keberuntungan itu tidak lekas membuatku untuk mendapatkan prestasi yang gemilang dengan indeks Prestasi yang tinggi dikampus. Mengapa??? Bukan suatu hal yang dianggap tabu lagi, karena kita semua tahu kurikulum/sistem pendidikan yang diterapkan di Indonesia ini adalah terlalu normatif.
Sudah 3 (tiga) tahun lamanya Aku kuliah di salah satu perguruan tinggi swasta (“maaf, untuk menjaga nama baik yayasan dan kampus, Aku tidak menyebutkannya.”) dikota Majalengka difakultas Teknik, Prodi teknik Informatika. Selama 3 (Tiga) tahun juga aku baru merasakan secuil pelajaran yang seharusnya begitu berarti, bermanfaat dan membekas di otak untuk bekalku kelak setelah lulus dan mendapatkan gelar sarjana (Strata 1) yang dimana aku mempunyai keahlian khusus untuk kupakai guna melamar pekerjaan formal atau menjadi seorang wirausaha yang pastinya sesuai dengan profesi.
Hal tersebut karena beberapa alasan;
Pelajaran tidak disesuaikan dengan kebutuhan kerja.
Pelajaran-pelajaran yang disuguhkan oleh pihak kampus kurang berbobot. karena tidak disesuaikan dengan yang dibutuhkan oleh lapangan pekerjaan, sehingga setelah lulus dan mendapatkan gelar sarjana (Strata 1) kelak, Aku pesimis akan dapat bersaing dengan mereka para angkatan kerja lainnya yang berkualitas.

Pelajaran yang disuguhkan tidak up to date.
Kata salah seorang dosenku yang bernama Pak Agus, sewaktu mengajar pernah bilang “Teknik Informatika itu pelajarannya mengikuti perkembangan jaman”. Lantas kenapa pelajaran-pelajaran yang disuguhkan oleh pihak kampus tidaklah up to date?
Salah satu contohnya pada praktikum prolog, bagian dari pelajaran Intelejensi Buatan. Waktu Aku duduk di Semester IV. Prolog adalah aplikasi sistem pakar berbasis text yang dibuat pada era tahun 1970an. Memakai Mouse dan copy Paste saja tidak bisa padahal masih banyak aplikasi sistem pakar lainnya yang lebih canggih dan berbasis GUI (graphic User Interface) yang user frendly, tapi mengapa aplikasi tersebut masih dipergunakan dikampusku?

Pelajaran yang seharusnya praktikum, hanya dibahas teorinya saja.
Pelajaran-pelajaran yang seharusnya adalah praktikum tapi yang dipelajarinya hanyalah dalam bentuk teori semata. Apabila suatu pelajaran misal salah satunya pada khasus bahasa tingkat rendah/mesin yaitu Assembly, kalau praktikumnya ada teorinyapun ada itu tidak menjadi masalah. Karena wajar kampus yang lainnyapun mungkin nggak jauh beda seperti itu. Tetapi dikampusku teorinya ada tapi praktikumnya tidak ada.
Apabila Aku mempelajarinya berarti hanya belajar fikrohnya (teorinya) semata sedangkan Thoriqohnya (Pelaksanaanya/praktikumnya) tidak ada, sehingga hanya akan menjadi bentuk filsafat yang bersifat khayalan dan teoritis belaka. Jadi percuma bila aku mempelajarinya toh hanya akan menjadi penghuni otak belaka. Begitupun dengan pelajaran lainnya yang seharusnya praktikum tapi dipelajari cuma sebatas teori semata, seperti; Teknik Kompilasi, Bahasa Automata, dll. Kalau tidak ada praktikumnya kenapa mesti pula harus diajarkan?

Kebanyakan teori daripada praktikum.
Kalau Aku menebak persentasenya, mungkin yang dipelajari dikampusku itu 90% teori dan 10% praktikum. Seharusnya hal tersebut adalah terbalik, karena di prodi Teknik Informatika itu mencetak lulusan ahli dibidang komputer, dan belajar komputer itu masuknya dalam kategori pelajaran praktikum. Sudah gitu bayar uang praktikumnya seiring dengan berjalannya waktu malahan semakin mahal, padahal fasilitas dan dosen pengajar yang diberikan masih kurang.
Berbeda dengan yang dipelajari di D3 (Diploma 3) yang katanya mengedepankan pelajaran praktikum bagi mahasiswanya, karena memang hal tersebut diperuntukkan untuk siap kerja setelah lulus. Kalau SI (Strata 1) sih katanya banyak teori diperuntukkan bukan siap bekerja, melainkan diolah sedemikian rupa agar setelah lulus nanti menguasai sistem informasi dan dituntut menjadi seorang pemimpin serta pengajar. Hal tersebut menurutku sama saja dengan pembodohan. Betapa tidak! Bukankah kita tahu bahwasannya orang yang sudah pernah berpengalaman/praktikum, sudah pasti menguasai teori. Sedangkan orang yang menguasai teori belum tentu ahli dalam praktiknya. Toh yang namanya pengalaman/praktik adalah guru yang terbaik.
Merenung kepada kejadian diatas, mereka para pelaku pendidikan ternyata telah berani memutar balikkan fakta, sehingga lulusan D3 (Diploma3) lebih berkualitas dibandingkan lulusan S1 (Strata 1) yang seharusnya lebih baik. Bukan cuma S1 kalah dengan D3 (Diploma 3), tapi juga kalah telak dengan lulusan SMK yang tingatan SLTA. Di SMK dulu, SMK Informatika “MEC” aku mengambil prodi Teknik Komputer dan Jaringan. Dari kelas satu hingga lulus, hampir setiap hari ada pelajaran praktikum, sedangkan di S1 (Strata 1) untuk pelajaran praktikum Seminggu saja tidak ada. Itupun kalau ada waktu praktikumnya kurang dari 3 (tiga) bulan dalam satu semester.

4 Pelajaran yang seharusnya menjadi titik acuan.
Aku pernah merenungkan untuk teknik informatika sendiri setidaknya minimal ada 4 kategori pelajaran praktikum yang harus dikuasai agar menjadi seorang yang ahli dibidangnya. Yaitu; Bahasa pemrograman internet seperti HTML, XML, PHP, dll. Bahasa pemrograman tingkat tinggi lainnya seperti Visual Basic, Delphi, Foxpro, dll dimana yang salah satunya harus bisa. Karena itu semua tujuannya satu yaitu untuk membuat program, hanya saja berbeda rumus atau pengkodingan. Kemudian Jaringan Komputer. Dan yang terakhir yaitu Sistem Informasi.
Namun amat sangat disayangkan dari pelajaran-pelajaran tersebut hanya sebagian yang baru diajarkan. Sedangkan yang lainnya dijadikan sebagai program mata kuliah pilihan. Artinya kalau tidak memilih mata kuliah tersebut ya tidak akan kita pelajari. Ujung-ujungnya kita harus belajar secara otodidaks. Itu menurutku amat sangat disayangkan, karena semuanya penting sehingga perlu untuk dikuasai.

Itulah kenapa setelah aku merasakan duduk di bangku perguruan tinggi yang masih dalam proses yaitu kurang lebih 3 tahun lamanya, aku dikampus bukannya belajar dengan benar, bukannya menyimak sewaktu dosen mengajar, malahan angan-anganku dengan liarnya terbang kesana-kemari. Bukan karena aku bodoh, Bukan juga karena aku malas. Tapi karena yang dipelajari dikampusku tersebut menurutku kebanyakan tidaklah berbobot, Sehingga Yang ada dipikiranku apabila mempelajari pelajaran yang disuguhkan oleh pihak kampus adalah percuma karena hanya akan menjadi penghuni otak belaka. Itulah mengapa yang membuatku tidak semangat, tidak mempunyai motivasi untuk belajar.
Aku yakin, apa yang aku sampaikan ini adalah sebagai perwakilan 1 (satu) sampel dari banyaknya populasi perguruan tinggi yang kurang profesional. Pantas saja Sumber Daya manusia (SDM) di indonesia ini dinilai kurang berkualitas baik dimata dunia ataupun dimata negara sendiri. Karena dari pengalamanku saja menyatakan bahwasannya pendidikan di indonesia ini terlalu normatif. Jadi jangan heran kalau seorang petani lebih pintar dari seorang lulusan sarjana pertanian. Bukan karena mereka bodoh, tapi karena mereka kurang dari adanya pengalaman. Dengan adanya PKL, KNM, dsb saya rasa itu masih jauh dari cukup dijadikan sebagai pengalaman. Sistemnyalah yang seharusnya disalahkan. Bukan pada orangnya.
Jadi solusinya agar indonesia mempunyai Sumber daya Manusia yang berkualitas adalah dengan membuang jauh-jauh pelajaran nonsens atau omong kosong yang tidak ada atau kurang ada hubungannya dengan prodi/jurusan itu sendiri. Perbanyak pelajaran yang mengarah kepada praktikum bukan teori. Karena Menurut riset Computer Technology Research (CTR):
  1. Orang mampu mengingat 20% dari yang dilihat
  2. Orang mampu mengingat 30% dari yang didengar
  3. Orang mampu mengingat 50% dari yang didengar dan dilihat
  4. Orang mampu mengingat 30% dari yang didengar, dilihat, dan dilakukan.
Semuanya akan benar-benar terasa dan membekas di otak, di alam bawah sadar kita, sehingga daya mengingatnya tajam dan bisa permanen apabila dilakukan hanya dengan cara dipraktekan.
Mungkin itu saja yang bisa saya sampaikan dalam Catatan Akbar kali ini. Semoga catatan ini dapat diterima oleh pembaca sekalian yang pada akhirnya bermanfaat. Mohon maaf atas kata-kata saya apabila tidak berkenan, baik di sengaja ataupun tidak di sengaja. Atas perhatiannya saya ucapkan Terima Kasih !!!

 
Anda sedang membaca artikel tentang Aku Tidak Bangga Menjadi Mahasiswa dan anda bisa menemukan artikel Aku Tidak Bangga Menjadi Mahasiswa ini dengan url http://duniawebra-inspirasiku.blogspot.com/2011/02/aku-tidak-bangga-menjadi-mahasiswa.html,anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya dan mengeditnya jika artikel Aku Tidak Bangga Menjadi Mahasiswa ini sangat bermanfaat bagi teman-teman anda,namun jangan lupa untuk meletakkan link Aku Tidak Bangga Menjadi Mahasiswa sumbernya.

Terjemahkan Dengan Bahasa: by

Baca juga ini:



2 komentar:

Anonim [Balas/Tanggapi...] mengatakan...

sekarang, apakah anda punya pekerjaan

Cerita Kecil [Balas/Tanggapi...] mengatakan...

Saya juga merasakan hal sama seperti anda, kualitas pendidiknya dan sistemnya masih buruk sekali, ujung2nya saya harus belajar otodidak... dan pintar2 mencari ilmu diluaran kampus

Posting Komentar

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

Tentang Penulis

Foto saya
Perkenalkan namaku Ridwan Akbar, Aku lahir di kota Majalengka. Terima Kasih! ^_^

Catatan Inspirasiku

Pendukungku

bunga-jodoh.com

Kalender Masehi

Iklan Pilihan


Recent Comments