Eksploitasi Otak Melalui Ujian Nasional

Salah satu upaya guna membangun bangsa ini agar lebih maju dan berkembang serta menciptakan generasi muda yang handal adalah melalui pendidikan. Ya, memang pendidikan itu adalah langka awal kita menuju sukses. Tanpa pendidikan, kita di dunia ini bukanlah siapa-siapa. Dengan kurang mempunyai keahlian, kecerdasan dan ijazah tentunya, kita akan dipandang sebelah mata oleh pengaruh jaman yang serba kapitalis ini.
Salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan di negeri ini adalah dengan diadakannya Ujian Nasional. Ujian Nasional ini ditetapkan oleh pemerintah sebagai tahap akhir bagi para pelajar yang ingin lulus dalam menyelesaikan pembelajaran dibangku sekolah. Itu adalah syarat mutlak kelulusan untuk semua sekolahan dari sabang sampai merauke. Pemerintah kita khususnya dari DepDikNas menyatakan dengan adanya Ujian Nasional ini, maka para pelajar yang telah dinyatakan lulus, akan menjadi generasi muda yang handal sehingga sanggup menghasilkan Sumber Daya Manusia (SDM) di masa depan yang berkualitas.
Setelah menunggu bertahun-tahun lamanya dengan diadakannya Ujian Nasional ini yang katanya dari waktu ke waktu standar nilai kelulusannya secara bertahap terus meningkat, ternyata mereka para pelajar yang telah dinyatakan lulus dari bangku sekolah, tidak serta merta membuat kehidupan mereka (khususnya yang tidak akan melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi) berangsur membaik. Malahan semakin memburuk. Betapa tidak. Pengangguran dari tahun ketahun semakin banyak. Negeri yang kita cintai ini masih dianggap kekurangan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas. Negeri yang kita cintai ini pun masih amat sangat jauh dari kata maju. Sehingga pada faktanya, tetap saja orang yang dipandang di negeri kita ini adalah orang-orang yang hanya mempunyai gelar/title pendidikan. Jadi di negeri ini bukan otak, ataupun keahlian khusus dan ilmu yang dihargai, tetapi hanya sebatas ijazah semata.
Hal tersebut membuktikan bahwasannya bukan faktor Ujian Nasional yang dinyatakan oleh pemerintah sebagai penyumbang terbesar dalam membenahi kualitas pendidikan di negeri ini. Malahan tidak ada hubungannya sama sekali dalam hal menciptakan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas. Karena apa yang di Ujian Nasionalkan meliputi; Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, dsb itu tidak ada hubungannya dengan dunia kerja, sehingga setelah mereka lulus dari bangku sekolah, mereka tidak mempunyai keterampilan/keahlian khusus apapun dalam menghadapi dunia kerja. Jadi apa yang pernah mereka pelajari dari Ujian Nasional tersebut tidak ada gunanya apa-apa selain untuk mengejar angka diatas kertas diwaktu sekolah sehingga sisanya hanya akan menjadi penghuni otak belaka.
Ujian Nasional itu hanya akan menjadi momok yang paling menakutkan dikalangan mereka para pelajar yang akan segera menghadapinya. Sungguh mengerikan, pemerintah kita khususnya depdiknas, mereka sebenarnya kurang mengetahui kondisi disekitar masyarakat khususnya pelajar. Beban yang sangat berat dirasakan para pelajar. Karena saya sendiri pernah merasakannya. Dulu Untuk pelajaran matematika saja saya pelajari + 4 jam dalam sehari, bahasa inggris + 2 jam dalam sehari, sedangkan bahasa indonesia tidak disentuh sama sekali (karena bahasa Indonesia saya anggap enteng, red). Itupun hanya sebatas di rumah. Belum lagi di sekolah, seperti mengikuti pengayaan, pelajaran tambahan, dll yang dimana hal tersebut sangat mengeksploitasi otakku sehingga membuatku agak frustasi. Karena jujur, pelajaran-pelajaran yang berhubungan dengan pemakaian otak kiri seperti halnya matematika adalah salah satu pelajaran yang paling saya benci. Belum lagi adanya masalah pribadi diwaktu itu yang membuatku semakin frustasi. Dan alhasil sayapun dinyatakan lulus sekalipun sudah belajar dengan giat, tetapi dengan nilai yang pas-pasan.
Para pembacapun yang pernah merasakan Ujian Nasional saya yakini merasakan hal yang sama seperti demikian. Dan sungguh saya yakin, orang-orang depdiknaspun belum tentu dapat lulus dalam menghadapi Ujian Nasional. Sekalipun untuk tahun ini kelulusan bukan hanya dilihat dari standart nilai Ujian Nasional tetapi 40%:60% untuk prestasi disekolah, namun tetap saja memberatkan. Dan sebaiknya Ujian Nasional itu diganti dengan sistem yang lain seperti EBTANAS.
Menurut saya pribadi, yang perlu diperhatikan oleh pemerintah kita dalam menyikapi kualitas pendidikan di negeri ini untuk menciptakan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas adalah dari sisi perguruan tingginya. Karena tidak di PTN maupun PTS, tetap saja (khususnya dalam ilmu eksak) lebih mengedepankan teori dibandingkan praktikum. Malahan untuk sebagian besar mata kuliah praktikum hanya diberi bobot 1 SKS saja. Dan Pelajaran-pelajaran yang disuguhkan oleh pihak kampuspun dinilai kurang berbobot dan tidak disesuaikan dengan kebutuhan kerja. Hal ini menyatakan bahwasannya pendidikan di negeri ini terlalu normatif. Pantas saja kebanyakan lulusan yang memiliki title/gelar masih dinilai oleh depdiknas jauh dari yang diharapkan. Artinya SDM di negeri ini masih jauh dari kata berkualitas.
Mungkin itu saja yang bisa saya sampaikan dalam Catatan Akbar kali ini. Semoga catatan ini dapat diterima oleh pembaca sekalian yang pada akhirnya bermanfaat. Mohon maaf atas kata-kata saya apabila tidak berkenan, baik di sengaja ataupun tidak di sengaja. Atas perhatiannya saya ucapkan Terima Kasih !!!



Baca Selengkapnya>>
Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

Tentang Penulis

Foto saya
Perkenalkan namaku Ridwan Akbar, Aku lahir di kota Majalengka. Terima Kasih! ^_^

Catatan Inspirasiku

Pendukungku

bunga-jodoh.com

Kalender Masehi

Iklan Pilihan


Recent Comments